SENTRA IKM KOPI LIBERIKA RANGSANG MERANTI RESMI BEROPERASI

Garap Potensi Kopi Perisa Spesial Lahan Gambut 

Kepulauan Meranti | Jumat, 08 Oktober 2021 - 09:44 WIB

Garap Potensi Kopi Perisa Spesial Lahan Gambut 
Bupati Kepulauan Meranti H M Adil SH (kemeja putih), serta Direktur IKM PFBB Riefky Yuswandi (baju batik), mitra dan jajaran melihat hasil panen produk sentra IKM kopi liberika Rangsang.

KEPULAUAN MERANTI (RIAUPOS.CO) - Selain sagu, Kabupaten Kepulauan Meranti juga terus menggarap arus potensi kopi ber-perisa spesial lain daripada yang lain. Adalah varietas kopi liberoid, yang lebih ngetren atau akrab disebut liberika.

Walaupun tidak setenar robusta ataupun arabika, ternyata kopi ini memiliki banyak potensi dan keunggulan yang tidak kalah dengan dua saudaranya tersebut.


Pascamengidentifikasi dan mengevaluasi sifat unggul kopi liberika, beberapa tahun sebelum ini, pemerintah daerah setempat berhasil melepas dua varietas yang diberi nama Lim-1 dan Lim-2.

Varietas hasil seleksi dari varietas lokal ini juga membuka peluang pemanfaatan lahan suboptimal untuk budidaya kopi di sana. Karena sesuai dengan wilayah Kepulauan Meranti, perkebunan kopi jenis ini, adaptif di lahan marginal, khususnya di lahan gambut. 

Memiliki citarasa yang unik, kopi asli Meranti ini juga pernah terpilih mewakili Indonesia dalam 12th China-ASEAN Expo (Caexpo) di Guangxi International Convention and Exhibition Center Nanning, Cina pada 2016.

Potensi itu juga ditingkatkan atas pengakuan oleh kementerian terkait yang menyematkan liberika Meranti dengan sertifikat Indikasi Geografis (IG) untuk mempersempit potensi klaim pascaproduksi di pasar domestik maupun mancanegara. Dari data yang dilansir Riau Pos melalui dinas terkait, setiap tahunnya petani kopi di Meranti bisa mengekspor biji kopi kering siap giling hingga 100 ton di pasar mancanegara. Tidak hanya dijual dalam bentuk biji kering, kopi asli daerah gambut itu juga diolah menjadi kopi luwak, hasil fermentasi.

Untuk pasarnya sendiri, kopi kebanggaan Meranti itu sangat digemari oleh negara tetangga Malaysia dan Singapura. Bahkan sejumlah perusahaan yang bergerak di industri makanan dan minuman asal Singapura juga pernah melihat langsung proses pengolahan kopi luwak di Meranti.

Biji kopi kering siap giling dijual ke Malaysia seharga Rp30 ribu sampai Rp34 ribu per kilo gram. Sedangkan harga kopi luwak dijual seharga Rp 1 juta per kilogramnya.

Saat ini di Meranti terdapat 700 hektare lahan kopi liberika di Pulau Rangsang. Tepatnya di Desa Kedabu Rapat, Kecamatan Rangsang Barat. Walaupun belum seluas perkebunan sagu, untuk memenuhi permintaan pasar, Meranti masih terbentur jumlah petani kopi dalam memenuhi pasar pencinta kopi dunia.

Untuk itu pemerintah daerah setempat, terus mendorong dan berupaya agar meningkatnya hasil dan kualitas produksinya. Seperti baru-baru ini melalui Bupati Kepulauan Meranti H M Adil SH meresmikan operasional sentra industri kecil menengah (IKM) di desa tersebut. "Adapun tujuan pembangunan untuk memperluas ruang produksi dalam meningkatkan kualitas, dan kuantitas hasil olahan kopi bervariatif, agar benar-benar siap dikonsumsi oleh pasar," ujar Plt Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan UKM, Kabupaten Kepulauan Meranti Syahril SE, Selasa (5/10).

Untuk itu hendaknya jaringan pemasaran dapat diperluas, sehingga terciptanya lapangan pekerjaan dan berdampak meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD) setempat.

Terhadap pembangunan dan perlengkapan fasilitas pendukung sentra ini, hingga selesai diakomodir melalui dana alokasi khusus (DAK) pemerintah pusat. Dimulai pada tahun anggaran 2019 dengan bentuk pengadaan mesin sebesar Rp2.100.000.000. Sementara pembangunan ruang produksi dilaksanakan pada tahun anggaran 2021 sebesar Rp 2.688.209.000.

Asa Bupati H M Adil Teradap Keberadaan Sentra

Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti menyampaikan bahwa sebagaimana ia ketahui, permintaan pasar dari Malaysia atas kopi liberika Meranti ini telah bermula sekitar tahun 1985. 

Bahkan sejak tahun 1990 silam tidak kurang dari 80 persen hasil perkebunan kopi di daerah yang ia pimpin telah dijual ke negara tetangga lewat aktifitas lintas batas. Namun sayangnya, kopi yang  jual ke Malaysia ini bukan hanya dijual di pasar lokal Malaysia saja, tetapi juga diekspor lagi hingga ke pasar Eropa dengan pengakuan sebagai produk usaha negara tetangga.

Dengan telah dibangun dan beroperasinya sentra itu, ia berharap produk hasil perkebunan asli lahan gambut daerah tersebut dapat memperkuat brand-nya, agar tidak diklaim oleh pihak luar. "Ya mudah-mudahan dengan beroperasinya sentra ini dapat meningkatkan kualitas hasil produksi. Dan kopi kita benar benar dikenal secara luas sehingga tidak diklaim pihak luar," ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Adil juga menyampaikan apresiasi kepada Masyarakat Peduli Kopi Liberika Rangsang Meranti (MPKLRM) sebagai lembaga yang tumbuh atas dasar persamaan visi dan misi untuk menjaga ciri khas dan kualitas produksi kopi Liberika Pulau Rangsang. 

Anggota dari lembaga ini sendiri terdiri dari para petani kopi, pengolah kopi dan pemasar kopi yang telah memenuhi syarat yang tercantum di dalam Buku Persyaratan IG Kopi Liberika Rangsang Meranti.

Berkaitan dengan Gaya Hidup, Kopi Cukup Menjanjikan

Prospek bisnis komoditas kopi sangat menjanjikan seiring dengan tingginya gap antara permintaan dan produksi pasar dunia. Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen kopi kelas dunia, termasuk di Rangsang, Kepulauan Meranti.

Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan Kemenperin RI Riefky Yuswandi mengatakan, kopi saat ini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia. Bahkan menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari.  "Sepertinya, bagi sebagian orang tidak lengkap rasanya bila sehari tidak meminum kopi. Tren specialty coffee yang berkembang selama satu dekade terakhir, menurutnya telah memperkuat budaya minum kopi, hingga menjadikan kopi sebuah gaya hidup," ujarnya.

Didorong oleh pertumbuhan kelas menengah, menurutnya perkembangan industri kopi olahan tanah air masih sangat menjanjikan. "Untuk itu kami terus memacu hilirisasi industri kopi lokal yang mengolah biji kopi di dalam negeri, sehingga meningkatkan nilai tambah produk kopi Indonesia," bebernya.

Dikatakannya, peningkatan tren konsumsi kopi dalam satu dasawarsa terakhir dapat terlihat dari maraknya cafe dan kedai hingga warung kopi yang ada di Indonesia. Dikutip dari data Organisasi Kopi Dunia (International Coffee Organization/ICO), tingkat konsumsi kopi Indonesia tumbuh 44 persen dalam periode sepuluh tahun terakhir (Oktober 2008-September 2019). Untuk itu dibeberkan Riefky, pertumbuhan cafe di Indonesia berdasarkan data dari Euromonitor mencapai 16 persen setiap tahunnya.

"Cafe dan warung kopi di negara kita saat ini semakin ramai oleh konsumen usia remaja dan dewasa. Karena bukan hanya menjadi tempat untuk menikmati kopi, namun juga menjadi tempat untuk bertemu, belajar oleh semua kalangan," ujarnya. Sehingga kata dia, tentunya dapat menjadi angin segar bagi para pengusaha kopi di Indonesia, termasuk di Meranti.  Walupun demikian ia berharap para pengusaha kopi tidak boleh lengah dalam menjalankan bisnisnya. Apalagi dampak tekanan pandemi Covid1-19 yang menimbulkan tantangan tersendiri bagi pelaku usaha.  "Harus bisa beradaptasi terhadap perubahan perilaku konsumen, memenuhi permintaan kopi yang makin meningkat, serta konsisten menyajikan kopi kualitas terbaik agar tetap diminati konsumen. Salah satu caranya, pengusaha dapat memanfaatkan perkembangan teknologi produksi maupun pemasaran untuk mendukung bisnis mereka," ujarnya.

Dalam rangka mendorong peningkatan daya saing pelaku IKM pengolahan kopi, Kementerian Perindustrian RI melalui mereka, memiliki berbagai program yang dapat diakses oleh para pelaku IKM. Langkah itu terdiri dari fasilitasi kemudahan akses ke sumber pembiayaan dan penyedia bahan baku dan material center, meningkatkan kemampuan teknologi produksi, membangun dan revitalisasi sentra IKM. Salah satunya melalui DAK.  Lanjutnya lagi, memfasilitasi sertifikasi produk dan kompetensi SDM, fasilitasi perluasan akses pasar, termasuk melalui program e-smart IKM; dan penguatan kemasan produk.

Dampak dari itu, saat ini Indonesia merupakan negara terbesar keempat yang memproduksi biji kopi setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Pada tahun 2020 saja diungkapkannya produksi biji kopi Indonesia mencapai 773,4 ribu ton, dengan jumlah ekspor biji kopi sebesar 375,7 ribu ton. Meningkat 5,53 persen dibandingkan pada 2019 lalu.

Adapun secara nilai, ekspor biji kopi pada tahun 2020 memberikan devisa sebesar US$ 809,7 juta, mengalami penurunan sekitar 7,23 persen dibandingkan pada tahun 2019.

Untuk produk kopi olahan, jumlah ekspor mencapai 224,6 ribu ton pada tahun 2020, mengalami kenaikan sebesar 11,81 persen  dibandingkan pada tahun 2019. Adapun secara nilai, ekspor produk kopi olahan mencapai US$ 536,6 juta, mengalami penurunan sebesar 12,16 persen jika dibandingkan pada tahun 2019. 

Selain itu Indonesia juga adalah salah satu negara yang memiliki jenis asal kopi terbanyak, atau bisa disebut dengan single origin. Bahakan lanjutnya, terdapat beragam jenis asal kopi dari berbagai daerah di Sumatera, Jawa, Bali, Flores, sampai Papua. Sudah terbukti masing-masing jenis kopi tersebut memiliki cita rasa yang khas dan unik.

Sebagai pengakuan akan kopi-kopi khas Indonesia, saat ini telah terdaftar 32 (tiga puluh dua) Indikasi Geografis (IG) kopi, dimana salah satu diantaranya adalah Kopi Liberika Rangsang Meranti yang berasal dari Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, yang telah mendapat sertifikasi IG sejak tahun 2016.

"Di antara dominasi kopi jenis arabika dan robusta dalam daftar kopi tersertifikasi IG, Kopi Liberika Rangsang Meranti bersama Kopi Liberika Tunggal Jambi mampu menunjukkan kualitas dan cita rasa kopi liberika yang mampu bersaing dengan kopi jenis arabika dan robusta," bebernya.(adv)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook